Analisis
Ekonomi Makro, dalam Kehidupan Masyarakat Luas
Disusun Oleh :
Bella
Fitriatus Sholiha
Iin Indah Novitasari
Ria Dewi
Eva Maulana
Suharianto
STIE WIDYA DHARMA MALANG
Dalam
kehidupan, manusia tidak bisa lepas dari masalah ekonomi yang menjerat.
Pertumbuhan ekonomi adalah hal yang sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat.
Sebuah pemerintahan dianggap gagal apabila tidak berhasil mengatasi masalah
tersebut. Yang termasuk dalam masalah ekonomi ada enam bagian. Bagian pertama
adalah masalah produksi, yang kedua adalah investasi, yang ketiga adalah neraca
pembayaran, yang keempat adalah pengangguran, dan yang terakhir adalah inflasi.
Masalah-masalah ini adalah PR besar dalam sebuah Negara bahkan dalam dunia.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Lalu bagaimana solusinya? Semuanya telah dikupas
habis dalam Ilmu Ekonomi Makro.
(Kata Kunci: Analisis, Ekonomi Makro,
Kehidupan Masyarakat Luas, Makro Produksi, Investasi, Neraca Pembayaran,
Pengangguran, Inflasi)
Pendahuluan
Sebagai
makhluk sosial, Ilmu Ekonomi adalah salah satu cabang Ilmu Sosial yang sangat
penting bagi kehidupan. Hidup tanpa ekonomi, bagaikan hidup tanpa makan. Jadi,
kehidupan tidak akan bisa berjalan tanpa adanya ekonomi. Dalam Ilmu Ekonomi
sendiri dibagi menjadi dua bagian. Yaitu bagian Ekonomi Makro dan Ekonomi
Mikro. Ekonomi Makro, mempelajari kegiatan ekonomi secara garis besar dan
menyeluruh. Sedangkan Ekonomi Mikro mempelajari Ekonomi hanya sebagian kecil
atau istilah-istilah saja.
Masalah
yang signifikan terjadi pada bagian Ilmu Ekonomi Makro. Beberapa masalah yang
harus dipecahkan adalah, masalah produksi, investasi, neraca pembayaran,
pengangguran, dan inflasi. Masalah-masalah tersebut harus segera diatasi agar
Negara menjadi aman dan tentram, serta masyarakat makmur sejati.
Produksi
Teori perilaku produsen (perusahaan) memiliki banyak
analogi dengan teori perilaku konsumen. Misalnya, apabila konsumen
mengalokasikan dananya untuk konsumsi, produsen mengalokasikan dananya untuk
penggunaan faktor produksi atau yang akan di proses menjadi output. Karena itu
bila keseimbangan konsumen terjadi pada saat seluruh uangnya habis untuk
konsumsi, keseimbangan produsen tercapai pada saat seluruh angaran habis
terpakai untuk membeli faktor produksi. Produsen juga memiliki pengetahuan atas
faktor produksi yang di belinya. Pratama Rahardja (2004:85) menyimpulkan “Bila
konsumen berupaya mencapai kepuasan maksimum, maka produsen berupaya mencapai
tingkat produksi maksimum. Perilaku konsumen akan memudahkan pemahaman mengenai
perilaku produsen”.
Faktor produksi tetap dan faktor produksi variabel
saling berkaitan dengan waktu yang dibutuhkan untuk menambah atau mengurangi
faktor produksi tersebut. Mesin merupakan faktor produksi tetap, karena dalam
jangka pendek susah untuk di tambah atau di kurangi, sebaliknya buruh dikatakan faktor produksi variabel karena jumlah
kebutuhanya dapat di sediakan dalam waktu kurang dari satu tahun.
Dalam model produksi satu faktor produksi variabel,
barang modal dianggap faktor produksi tetap. Pratama Rahardja (2004:87)
menyatakan “Keputusan produksi ditentukan berdasarkan alokasi efisiensi tenaga
kerja”. Perkembangan teknologi dapat membuat tingkat produktifitas meningkat.
Artinya jumlah output yang dihasilkan
setiap unit faktor produksi semakin besar. Moderenisasi sumber daya manusia
(SDM), terutama dengan mengubah cara berfikir dan sikap hidup dengan
moderenisasi SDM, kemajuan teknologi akan meresap ke dalam diri manusia dan
mendorong peningkatan efisiensi.
Model produksi dengan dua faktor produksi variabrel
melonggarkan asumsi adanya faktor produksi tetap baik barang modal maupun tenaga kerja
sekarang bersifat variabel. Namun yang harus diingat bahwa pelonggaran asumsi
ini masih tetap terlalu menyederhanakan persoalan. Sebab dalam kenyataan,
faktor produksi variabel yang digunakan
dalam proses produksi lebih dari dua macam. Dalam studi ekonomi yang lebih lanjut,
pembahasan alokasi faktor-faktor produksi (lebih dari dua macam faktor
produksi) secara efisien akan menggunakan model ekonometrika. Dalam model
produksi dua faktor produksi variabel
ini, analisis cukup menggunakan penjelasan grafis dan matematika sederhana.
Isokukan (isoquant)
adalah kurva yang mengambarkan berbagai kombinasi penggunaan dua macam faktor
produksi variabel secara efisien dengan tingkat teknologi tertentu, yang
menghasilkan tingkat produksi yang sama.
Asumsi isokuan yaitu konfeksitas yang merupakan
kesediaan produsen untuk mengorbankan faktor
produksi yang satu demi menambah penggunaan faktor produksi yang lain untuk menjaga tingkat produksi pada
isokuan yang sama disebut derajat teknik subtitusi faktor produksi atau marginal rate of technical substitution
(MRTS). MRTS adalah bilangan yang menunjukan
berapa unit faktor produksi L
harus dikorbankan untuk menambah satu unit faktor produksi K pada tingkat produksi yang sama. Jika L adalah tenaga kerja dan K
adalah barang modal (mesin), maka MRTSLK
adalah berapa unit tenaga kerja yang
harus dikorbankan untuk menambah satu unit mesin, demi menjaga
produksi pada tingkat yang sama. Dasar
pertimbangan subtitusi faktor
produksi adalah perbandingan
rasio produktivitas.
Dalam membentuk model penawaran agregat, kita harus
melihat hubungan antara beberapa variabel seperti dalam fungsi produksi. Fungsi
produksi menunjukkan hubungan antara jumlah faktor produksi (masukan) dan
jumlah produksi (luaran) tertentu. Hubungan ini merupakan hubungan teknis
antara masukan dan luaran. Studi makro ini melihat fungsi produksi yang
sifatnya menyeluruh (agregat) yaitu menunjukkan hubungan antara masukan agregat
dan produksi agregat. Suparmoko (2000:191) memberi pengertian sebagai berikut,
“Jumlah produksi dianggap mempunyai hubungan yang positif dengan jumlah kapital
dan tenaga kerja. Hukum pertambahan hasil yang berkurang juga berlaku di sini
yaitu bahwa tambahnya tenaga kerja secara terus menerut dengan jumlah kapital
tertentu akan meningkatkan produksi nasional yang semakin menurun”.
Hubungan antara fungsi
produksi marginal dan tingkat upah dalam menentukan permintaan terhadap tenaga
kerja. Fungsi produksi yang menghubungkan antara tingkat pendapatan nasional
dan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam perekonomian Indonesia. Dalam perusahaan
bergerak di pasar persaingan sempurna. Harga output ditentukan oleh pasar dan berapa pun yang diproduksi akan
terjual habis. Perusahaan tidak perlu merencanakan strategi penjualan. Yang
harus dipikirkan hanyalah menentukan tingkat output agar biaya produksi per unit dapat diminimumkan. Faktor
produksi atau input yang digunakan adalah barang modal dan tenaga kerja. Dalam
jangka pendek hanya tenaga kerja yang bersifat variabel.
Investasi dalam Konteks
Ekonomi Makro
Untuk memudahkan dan memperdalam pemahaman, dalam
teori ekonomi makro yang dibahas adalah investasi fisik, Miasalnya dalam bentuk
barang modal (pabrik dan peralatan), bangunan dan persediaan barang (inventory), dengan pembatasan tersebut
maka definisi investasi dapat lebih dipertajam
sebagai pengeluaran-pengeluaran yang meningkatkan stok barang modal (capital stok). Yang dimaksud dengan stok
barang modal (barang modal tersedia) adalah jumlah barang modal dalam suatu
perekonomian pada suatu saat tertentu. Dengan demikian barang modal merupakan
konsep stok (stock cancept) karena
besarnya dihitung pada satu periode tertentu. Yang dimasukkan dalam dalam
perhitungan investasi adalah barang modal, bangunan atau konstitusi maupun
persediaan barang jadi yang masih baru investasi merupakan konsep aliran (flow
concept) karena besarnya dihitung selama satu interval periode tertentu.
Menurut Pratama Rahardja (2000:238) menyimpulkan “Bahwa investasi akan
mempengaruhi jumlah barang modal yang tersedia (capital stock) pada satu periode tertentu. Tambahan stock modal
adalah sebesar pengeluaran investasi satu periode sebelumnya”.
Yang mencangkup dalam investasi barang model
(capital goods) dan bangunan (comstruktion)
adalah pengeluaran untuk pembelian pabrik, mesin, peralatan produksi dan
bangunan atau gedung yang baru. Supaya
lebih akurat, jumlah investasi yang perlu diperhatikan adalah investasi bersih
yaitu PMTDP dikurangi penyusutan (Depresiasi).
Penyusutan terhadap barang modal harus dilakukan agar efisiensi ekonomis dari
kegiatan produksi tetap dipelihara bahkan ditingkatan. Sebab, semakin tua usia
mesin produktivitasnya semakin rendah. Akibatnya, walaupun secara teknis masih
dapat digunakan, tetapi tidak akan menambah bahkan mengurangi kunjungan
ekonomis. Misalnya pabrik gula yang mesin-mesinnya telah berusia lima puluh
tahun, secara teknis dapat dipakai untuk memperoduksi gula.
Investasi
yang dilakukan saat ini tidak serta-merta menghasilkan peningkatan pendapatan
hari ini juga. Dibutuhkan tenggang waktu.
tinggi jumlah dan kualitas investasi, biasanya tenggang waktunya makin
panjang, dan menghitung masalah mendatang adalah kebalikan darib menghitung
dari output investasi yang direncanakan. Sekalipun melihat dari sudut pandang
yang bertolak belakang, keputusan yang
dihasilkan
tetap sama.
Dalam nilai
waktu dan uang adapun kriteria-kriteria
investasi. Peluang
pokok adalah waktu yang sangat dibutuhkan agar investasi yang direncanakan
dapat dikembalikan, atau waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tititk impas.
Jika waktu yang di butuhkan makin pendek maka pembuatan proposal makin baik. Adapun kriteria benefit atau ratio
yang mengukur mana yang lebih besar, biaya yang dikeluarkan dibanding hasil
output yang diperoleh sekarang. Biaya yang dikeluarkan sekarang dinotasikan
sebagai cost atau ratio.
Adapun Faktor-Faktor yang mempengaruhi tingkat
investasi yaitu kemampuan
perusahaan menentukan tingkat investasi yang diharapkan, sangat dipengaruhi
oleh kondisi internal dan eksternal perusahaan. Kondisi
internal adalah faktor faktor yang berbeda misalnya, tingkat efesiensi,
kualitas dan teknologi yang digunakannya. Maka, ketiga aspek tersebut
berhubungan positif dengan tingkat pembelian yang diharapkan oleh perusahaan
perusahaan. Maka tingkat pembelian yang diharapkan oleh perusahaan semakin
tinggi. Tingkat pengembalian yang diharapkan juga mempengaruhi faktor faktor
non-teknis, terutama dinegara yang sedang berkembang.
Kondisi
eksternal yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan akan investasi
terutama adalalah perkiraan tentang tingkat produksi dan pertumbuhan ekonomi
domestik maupun internasional. Selain perkiraan kondisi ekonomi, kebijakan yang
ditempuh perintah juga dapat menentukan tingkat investasi. Kebijakan yang
ditempuh pmerintah juga dapat menentukan tingkat investasi. Kebijakan menaikan
pajak misalnya, diperkirakan akan menurunkan tingkat pemerintah agregat. Akibat
tingkat investasi akan sangat menurun.
Pratama
Rahardja (2000:237) menyimpulkan, “Adapun biaya investasi,
yang paling menentukan tingkat biaya investasi adalah tingkat bunga pinjaman. Makin tinggi tingkat bunganya, maka
biaya investasi makin mahal. Akibatnya minat akan incvestasi makin menurun”.
Neraca Pembayaran dan
Mata Uang
Neraca pembayaran berhubungan erat kaitannya dengan
kebijakan pemerintah dalam perekonomian terbuka. Setiap terjadinnya neraca pembayaran akan
saling berkaitan secara verbal dan grafis. Menurut Sonny Harry B Ahmadi
(2013:9.31) “Segala transaksi perdagangan dan aliran dana yang dilakukan di
antara suatu Negara dengan Negara lain dalam suatu tahun tertentu dicatat
aliran keuangan serta nilainnya dalam suatu neraca pembayaran”.
Neraca pembayaran dapat dibedakan atas dua bagian
utama. Bagian utama yaitu neraca berjalan meliputi pencatatan transaksi nilai
ekspor, impor dan pembayaran pindahan. Sedangkan pada neraca modal
dikelompokkan atas dua golongan transaksi, yaitu aliran dana jangka panjang dan
aliran modal keuangan swasta. Sonny
Harry B Harmadi (2013:9.32) menarik kesimpulan sebagai berikut,
Neraca
pembayaran akan selalu seimbang, dimana aliran uang dan modal ke luar negeri
adalah sama dengan aliran uang dan modal yang masuk ke Negara tersebut. Begitu
pula dengan neraca modal, yang menyebabkan keseimbangan terjadi adalah ketidak
seimbangan dalam neraca berjalan dan neraca modal akan diseimbangkan oleh
perubahan cadangan valuta asing yang dimiliki oleh Bank Sentral.
Bagian terpenting dari kegiatan ekonomi neraca
pembayaran suatu Negara yaitu kegiatan ekspor dan import. Pada kegiatan ekonomi
terbuka perdagangan merupakan aktivitas amat penting. Pada ekonomi terbuka juga
terjadi aliran uang dan modal antar Negara. Sonny
Harry B Ahmadi (2013:1.33) menyimpulkan “Seluruh transaksi
tersebut dicatat dalam neraca pembayaran , baik transaksi barang dan jasa,
maupun aliran modal antar Negara”. Kegiatan ekspor dan impor serta aliran
keluar masuknya modal akan mengakibatkan masalah keseimbangan eksternal.
Keseimbangan eksternal adalah masalah moneter dan
defisit neraca pembayaran merupakan refleksi dari jumlah uang beredar yang
berlebihan. Alasannya bahwa kontraksi moneter dengan mengurangi pendapatan oleh
menurunkan kegiatan impor. Sehingga dalam mengatasi ketidakseimbangan eksternal
bukan semata masalah moneter.
Ketika valuta asing dan defisit neraca pembayaran
meningkat untuk mengurangi stok uang primer pada akhirnya uang beredar. Pada
Negara yang mengalami surplus, Bank Sentral meningkatkan stok uang primer
khusus dengan cara membeli valuta asing, sehingga dapat meningkatkan jumlah
stok uang. Menurut Rudifer
Dornbusch (2004:478)
“ Hubungan antara uang beredar dengan neraca eksternal, membuktikan proses
penyesuaian yang akhirnya menambh stok uang sehingga pembayaran eksternal akan
menjadi seimbang”
Perhitungan sederhana neraca pembayaran ialah bahwa
setiap transaksi yang meningkat pembayaran oleh suatu Negara dihitung sebagai
defisit dalam neraca pembayaran Negara tersebut. Neraca pembayaran berhubungan
langsung dengan transaksi berjalan, neraca barang dan jasa, neraca modal dan
modal swasta neto.
Neraca pembayaran Internasional (NPI) suatu negara
mencatat semua transaksi ekonomi yang dilaksanakan oleh penduduk suatu negara
dengan penduduk negara lain dalam suatu periode tertentu. Misalnya seorang
eksportir di Indonesia yang mengekspor produk Indonesia (kelapa sawit misalnya)
ke Jepang menghendaki pembayaran akan produknya dalam rupiah. Importir Jepang
dapat melakukan pembayaran dengan Yen atau US$ yang kemudian ditukar dengan
rupiah.
Semua pembayaran dari bukan penduduk Indonesia disebut kredit dan menjadi sumber serta menambah volume atau jumlah valuta
asing dan juga meningkatkan permintaan mata uang rupiah. Sebaliknya sisi debit mencatat pembayaran oleh penduduk
Indonesia kepada bukan penduduk Indonesia dan akan meningkatkan permintaan
valuta asing serta penawaran mata uang rupiah.
Kurs
valuta asing adalah nilai rupiah yang dinyatakan dalam nilai mata uang asing.
Tetapi karena nilai rupiah rendah, maka sering dinyatakan dengan setiap satu
unit mata uang asing, berapa nilainnya dalam rupiah. Tanpa ada campur tangan
pemerintah kurs valuta asing ditentukan oleh permintaan dan penawaran mata uang
tertentu di pasar valuta asing. Apabila permintaan terhadap US$ meningkat,
sedangkan penawarannya tetap, maka kurs US$ terhadap rupiah meningkat.
Permintaan akan valuta asing timbul karena adanya impor barang dan jasa, serta
aliran modal dari luar negeri ke dala negeri Indonesia. Suparmoko (2000:305)
menyimpulkan “Bahwa kondisi defisit atau surplus neraca pembayaran
internasional akan mempengaruhi penawaran atau jumlah uang beredar. Neraca
pembayaran yang surplus akan menyebabkan uang rupiah yang beredar meningkat”.
Maka dapat disimpulkan bahwa kondisi deficit atau surplus neraca akan
mempengaruhi uang yang beredar.
Pengangguran dalam
Angkatan Kerja
Pengangguran adalah orang yang tergolong dalam
angkatan kerja dan ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat
memperolehnya. Menganggur bukan berarti tidak bekerja atau tidak mau bekerja
mereka mempunyai alasan-alasan tertentu
misalnya, ibu-ibu yang harus mengasuh anaknya, pemuda yang harus sekolah
atau kuliah dulu. Dalam ilmu kependudukan, orang yang mencari kerja masuk dalam
kelompok penduduk yang disebut angkatan kerja. Berdasarkan kategori usia, usia
angkatan kerja adalah 15-64 tahun. Jumlah pengangguran yang tinggi biasanya
seiring dengan pertambahan penduduk yang tidak seimbang dengan lapangan
pekerjaan yang tersedia dan penurunan kesempatan kerja. Sonny Harry B Ahmadi
(2013:8.24) menyatakan “Bahwa akhir – akhir ini jumlah orang yang memasuki
angkatan kerja melebihi jumlah orang yang meninggalkan angkatan kerja, jadi
meskipun angkatan kerja meningkat akan tetapi bila jumlahnya tidak seimbang
dengan peningkatan angkatan kerja, hal tersebut dapat meningkatkan jumlah
pengangguran”.
Berikut
ini adalah jenis – jenis pengangguran:
1.
Pengangguran
Friksional
Pengangguran ini bersifat sementara, biasanya
terjadi karena adanya kesenjangan waktu, informasi maupun karena keadaan
geografis antara pencari kerja dan kesempatan kerja. Mereka yang masuk dalam
kategori pengangguran sementara, umumnya rela menganggur untuk mendapatkan
pekerjaan.
2.
Pengangguran
Struktural
Dikatakan pengangguran struktural karena sifatnya
yang mendasar. Pencari kerja tidak mampu memenuhi persyaratan yang dibutuhkan
untuk lowongan pekerjaan yang tersedia. Hal ini terjadi dalam perekonomian yang
berkembang pesat. Makin tinggi dan rumitnya proses produksi dan teknologi
produksi yang digunakan, menuntut persyaratan tenaga kerja yang makin tinggi
juga.
3.
Pengangguran
Musiman
Pengangguran ini berkaitan erat dengan fluktuasi
kegiatan ekonomi jangka pendek, terutama terjadi di sektor pertanian. Misalnya,
di luar musim tanam dan panen, petani umumnya menganggur sampai menunggu musim
tanam dan panen berikutnya.
Pengangguran akan menimbulkan dampak negatif jika
sifat pengangguran sudah sangat sturuktural, pengangguran struktural akan
menganggu stabilitas perekonomian dilihat dari sisi permintaan dan penawaran
agregat. Melemahnya permintaan agregat, misalnya untuk bertahan hidup manusia
harus bekerja. Sebab dengan bekerja dia akan memperoleh penghasilan yang
digunakan untuk belanja barang dan jasa. Jika tingkat pengangguran tinggi dan
bersifat struktural, maka daya beli akan menurun yang akan mengakibatkan
penurunan permintaan agregat. Melemahnya penawaran agregat, bila dilihat dari
peranan tenaga kerja sebagai faktor produksi utama, makin sedikit tenaga kerja
yang digunakan maka makin kecil penawaran agregat. Sonny Harry B Ahmadi
(2013:8.22) menarik kesimpulan sebagai berikut
Dampak
pengangguran terhadap penawaran agregat makin terasa dalam jangka panjang.
Pengangguran juga memberikan dampak yang buruk dengan mengurangi pendapatan
masyarakat yang akibatnya dapat mengurangi tingkat kemakmuran kehidupan
masyarakat. Akibat lain yang dapat terjadi adalah efek
psikologis yang buruk pada diri penganggur dan keluarganya.
Untuk itu diperlukan kebijakan
pemerintah berupa kebijakan-kebijakan dalam mengatasi masalah pengangguran,
antara lain:
1.
Kebijakan
fiksal dengan cara mengurangi pajak dan menambah pengeluaran pemerintah.
2.
Kebijakan
moneter dengan jalan menambah penawaran uang, mengurangi/ menurunkan suku bunga
dan menyediakan kredit untuk sektor tertentu.
3.
Kebijakan
segi penawaran dengan mendorong lebih banyak investasi mengembangkan
infrastruktur, meningkatkan administrasi pemerintahan dan mengurangi pajak
individu dan perusahaan.
Inflasi
Inflasi memang bukan
hal yang asing lagi dalam Ilmu Ekonomi Makro. Arti inflasi adalah gejala
kenaikan harga barang-barang yang terjadi secara umum dan terus menerus. Dalam
hal ini, ada tiga hal yang terjadi secara bersamaan yaitu:
1.
Kenaikan Harga
2.
Bersifat Umum
3.
Berlangsung
Secara Terus Menerus
Apabila tiga hal diatas terjadi secara
bersamaan, maka terjadilah Inflasi.
Kenaikan
harga terjadi apabila, harga suatu komoditas lebih tinggi daripada harga
periode sebelumnya. Contoh, harga mie instan perbuah kemarin Rp. 1.500,-. Hari
ini Rp. 2.000,-. Berarti harga barang telahnaik Rp. 500,- dibanding hari
kemarin. Perbandingan harga bisa dilakukan dengan jarak waktu yang lebih
panjang seperti, seminggu, sebulan, setahun, dan sebagainya.
Bersifat
umum adalah salah satu sifat inflasi. Maksudnya adalah kenaikan harga suatu
komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak
menyebabkan harga-harga barang secara umum naik. Jadi, inflasi adalah kenaikan
harga seluruh komoditas. Bukan hanya satu komoditas.
Berlangsung
secara terus menerus. Maksudnya adalah kenaikan harga yang secara bersifat umum
belum menjadi inflasi apabila terjadi hanya sementara. Kenaikan harga harus
terjadi secara terus menerus dengan demikian dapat disimpulkan terjadilah
inflasi. Rentang waktu minimal yang ditentukan adalah sebulan. Rentang waktu
yang lebih panjang bisa triwulanan sampai tahunan.
Dalam
Makro Ekonomi dapat dipelajari bahwa harga jual suatu komoditas ditentukan oleh
kekuatan pasar, yakni interaksi antara kekuatan permintaan dan penawaran.
Kenaikan harga barang adalah proses penyesuaian dari gejala terjadinya
peningkatan permintaan. Begitu pula sebaliknya, dengan penurunan harga barang.
Analogi ini dapat dipakai dalam analisis inflasi.
“Permintaan
agregat (aggregate demand/AD) adalah total permintaan barang dan jasa dalam
suatu perekonomian selama satu periode tertentu. Dalam hal ini ada pengaruh
dari kebijakan moneter terhadap permintaan agregat dan dari kebijakan fiskal
terhadap permintaan agregat” menurut Pratama Raharja (2002:322). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa permintaan agregat dipengaruhi oleh dua hal
tersebut.
Penawaran
agregat, dalam hal ini kebijakan pemerintah juga sangat berpengaruh terhadap
penawaran agregat. Hal-hal yang berpengaruh dalam penawaran agregat ada dua
yaitu, kebijakan moneter ekspansif dan kebijakan fiskal ekspansif. Kebijakan
moneter ekspansif, misalnya dengan memberikan bantuan kredit, dapat
meningkatkan penawaran agregat. Kebijakan fiskal ekspansif akan meningkatkan
penawaran agregat.
Ada
beberapa masalah sosial (biaya sosial) yang muncul dari inflasi yang tinggi ( 10% per tahun). Tiga masalah tersebut adalah,
menurunnya tingkat kesejahteraan rakyat, memburuknya distribusi pendapatan dan
terganggunya stabilitas ekonomi. Masalah-masalah tersebut seharusnya dapat
diatasi dengan baik dan benar, agar inflasi tidak menyebabkan hal negatif
kepada masyarakat umum.
Optimal
Inflasi? Apa itu? Hampir setiap negara menginginkan pertumbuhan ekonomi yang
cepat, kesempatan kerja penuh, dan kestabilan harga. Hampir semua ahli makro
ekonomi menunjuk pada keutuhan relatif dari inflasi yang rendah dan stabil.
Pada tahun 1991-2000 di Amerika Serikat misalnya, inflasi stabil pada tingkatan
sekitar 3% per tahun selama masa ini, pertumbuhan harga dan output dapat
diperkirakan, berdasarkan pada lingkungan makro ekonomi yang stabil di Amerika.
Saat
ini sebagian berpendapat bahwa kebijakan harus berjalan lebih jauh dan
bertujuan untuk menstabilkan harga atau inflasi pada tingkatan nol. Dari sudut
pandang makro ekonomi, tingkat inflasi nol lebih dikaitkan dengan tingkat
pengangguran yang tinggi dan output yang rendah daripada kasus dengan tingkat
inflasi 2-4%. Penelitian baru-baru ini memperkirakan bahwa penargetan
kestabilan harga oleh Amerika akan menimbulkan biaya penurunan output antara 1
dan 3 % dan kesempatan kerja secara permanen sebagai perbandingan terhadap
target inflasi sekitar 3%. Wiliam, Tokoh Ekonomi menyimpulkan bahwa:
Kekakuan
selama penurunan tingkat upah dipengaruhi oleh kemampuan sebagian perusahaan
untuk melakukan penyesuaian terhadap upah nyata, terutama pada pengurangan
inefisiensi.... Implikasi utama bagi pembuat kebijakan adalah target inflasi
nol akan membawa ketidak efisienan dalam alokasi sumberdaya, seperti terlihat
pada tingkat pengangguran yang tinggi.
Ketika
ahli ekonomi tidak sependapat dengan target inflasi yang sesungguhnya, sebagian
besar dari mereka sepakat bahwa kenaikan tingkat harga yang dapat diramalkan
memberikan angin segar terhadap pertumbuhan ekonomi. Penyelidikan secara
hati-hati terhadap bukti menunjukkan inflasi yang rendah seperti yang terjadi
di Amerika memiliki sedikit pengaruh terhadap produktivitas atau output nyata.
Sebaliknya, inflasi melambung atau hiperinflasi dapat menyebabkan kerugian yang
serius pada produktivitas dan kepada individu melalui redistribusi pendapatan
dan kekayaan. Akhirnya, meskipun biaya inflasi terlihat sederhana, bank sentral
tidak akan mentoleransi tingkat inflasi yang tinggi; mereka membuat standar
untuk mengekang inflasi dengan memperlambat pertumbuhan output dan menaikkan
pengangguran.
Penutup
Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa Perekonomian Dunia akan menjadi lebih maju dan lebih baik
apabila menuntaskan permasalahan-permasalahan seperti produksi, investasi,
neraca pembayaran, pengangguran, dan inflasi. Jika semua masalah tersebut bisa
diatasi dan diansitisipasi dengan baik maka kehidupan masyarakat luas akan
tentram.
Demikian
karya tulis kami. Apabila ada kurang dan lebihnya, kami mohon maaf. Semoga
karya tulis ini menjadi sumber informasi, sumber ilmu, dan menjadi inspirasi
banyak orang, terutama kalangan muda, agar mampu mengatasi masalah yang akan
dihadapi pada kehidupan masyarakat luas kelak hari.
***
Daftar Pustaka
Dornbusch,
Rudiger. 2001. Makro Ekonomi.
Jakarta: PT. Media Global Edukasi.
Harmadi,
Sonny Harry B. 2013. Pengantar Ekonomi
Makro. Tangerang: Universitas Terbuka.
Nordhaus,
Samuel. 2001. Ilmu Makro Ekonomi. Jakarta: PT. Media Global Edukasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar