Jumat, 27 Februari 2015

Analisis Ekonomi Makro, dalam Kehidupan Masyarakat Luas



Analisis Ekonomi Makro, dalam Kehidupan Masyarakat Luas


Disusun Oleh :
Bella
Fitriatus Sholiha
Iin Indah Novitasari
Ria Dewi
Eva Maulana
Suharianto


STIE WIDYA DHARMA MALANG 


Dalam kehidupan, manusia tidak bisa lepas dari masalah ekonomi yang menjerat. Pertumbuhan ekonomi adalah hal yang sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat. Sebuah pemerintahan dianggap gagal apabila tidak berhasil mengatasi masalah tersebut. Yang termasuk dalam masalah ekonomi ada enam bagian. Bagian pertama adalah masalah produksi, yang kedua adalah investasi, yang ketiga adalah neraca pembayaran, yang keempat adalah pengangguran, dan yang terakhir adalah inflasi. Masalah-masalah ini adalah PR besar dalam sebuah Negara bahkan dalam dunia. Mengapa hal ini bisa terjadi? Lalu bagaimana solusinya? Semuanya telah dikupas habis dalam Ilmu Ekonomi Makro.
(Kata Kunci: Analisis, Ekonomi Makro, Kehidupan Masyarakat Luas, Makro Produksi, Investasi, Neraca Pembayaran, Pengangguran, Inflasi)


Pendahuluan
            Sebagai makhluk sosial, Ilmu Ekonomi adalah salah satu cabang Ilmu Sosial yang sangat penting bagi kehidupan. Hidup tanpa ekonomi, bagaikan hidup tanpa makan. Jadi, kehidupan tidak akan bisa berjalan tanpa adanya ekonomi. Dalam Ilmu Ekonomi sendiri dibagi menjadi dua bagian. Yaitu bagian Ekonomi Makro dan Ekonomi Mikro. Ekonomi Makro, mempelajari kegiatan ekonomi secara garis besar dan menyeluruh. Sedangkan Ekonomi Mikro mempelajari Ekonomi hanya sebagian kecil atau istilah-istilah saja.
            Masalah yang signifikan terjadi pada bagian Ilmu Ekonomi Makro. Beberapa masalah yang harus dipecahkan adalah, masalah produksi, investasi, neraca pembayaran, pengangguran, dan inflasi. Masalah-masalah tersebut harus segera diatasi agar Negara menjadi aman dan tentram, serta masyarakat makmur sejati.
Produksi
Teori perilaku produsen (perusahaan) memiliki banyak analogi dengan teori perilaku konsumen. Misalnya, apabila konsumen mengalokasikan dananya untuk konsumsi, produsen mengalokasikan dananya untuk penggunaan faktor produksi atau yang akan di proses menjadi output. Karena itu bila keseimbangan konsumen terjadi pada saat seluruh uangnya habis untuk konsumsi, keseimbangan produsen tercapai pada saat seluruh angaran habis terpakai untuk membeli faktor produksi. Produsen juga memiliki pengetahuan atas faktor produksi yang di belinya. Pratama Rahardja (2004:85) menyimpulkan “Bila konsumen berupaya mencapai kepuasan maksimum, maka produsen berupaya mencapai tingkat produksi maksimum. Perilaku konsumen akan memudahkan pemahaman mengenai perilaku produsen”.
Faktor produksi tetap dan faktor produksi variabel saling berkaitan dengan waktu yang dibutuhkan untuk menambah atau mengurangi faktor produksi tersebut. Mesin merupakan faktor produksi tetap, karena dalam jangka pendek susah untuk di tambah atau di kurangi, sebaliknya buruh  dikatakan faktor produksi variabel karena jumlah kebutuhanya dapat di sediakan dalam waktu kurang dari satu tahun.
Dalam model produksi satu faktor produksi variabel, barang modal dianggap faktor produksi tetap. Pratama Rahardja (2004:87) menyatakan “Keputusan produksi ditentukan berdasarkan alokasi efisiensi tenaga kerja”. Perkembangan teknologi dapat membuat tingkat produktifitas meningkat. Artinya jumlah output yang dihasilkan setiap unit faktor produksi semakin besar. Moderenisasi sumber daya manusia (SDM), terutama dengan mengubah cara berfikir dan sikap hidup dengan moderenisasi SDM, kemajuan teknologi akan meresap ke dalam diri manusia dan mendorong peningkatan efisiensi.
Model produksi dengan dua faktor produksi variabrel melonggarkan asumsi adanya faktor produksi tetap  baik barang modal maupun tenaga kerja sekarang bersifat variabel. Namun yang harus diingat bahwa pelonggaran asumsi ini masih tetap terlalu menyederhanakan persoalan. Sebab dalam kenyataan, faktor produksi  variabel yang digunakan dalam proses produksi lebih dari dua macam. Dalam studi ekonomi yang lebih lanjut, pembahasan alokasi faktor-faktor produksi (lebih dari dua macam faktor produksi) secara efisien akan menggunakan model ekonometrika. Dalam model produksi  dua faktor produksi variabel ini, analisis cukup menggunakan penjelasan grafis dan matematika sederhana.
Isokukan (isoquant) adalah kurva yang mengambarkan berbagai kombinasi penggunaan dua macam faktor produksi variabel secara efisien dengan tingkat teknologi tertentu, yang menghasilkan tingkat produksi yang sama.
Asumsi isokuan yaitu konfeksitas yang merupakan kesediaan produsen untuk mengorbankan faktor  produksi yang satu demi menambah penggunaan faktor produksi  yang lain untuk menjaga tingkat produksi pada isokuan yang sama disebut derajat teknik subtitusi faktor produksi atau marginal rate of technical substitution (MRTS). MRTS adalah bilangan yang menunjukan  berapa unit faktor produksi  L harus dikorbankan  untuk menambah  satu unit faktor produksi  K pada tingkat produksi  yang sama. Jika L adalah tenaga kerja dan K adalah barang modal (mesin), maka  MRTSLK adalah berapa unit tenaga kerja yang  harus  dikorbankan  untuk menambah satu unit mesin, demi menjaga produksi pada tingkat yang sama. Dasar  pertimbangan  subtitusi  faktor  produksi  adalah perbandingan rasio produktivitas.
Dalam membentuk model penawaran agregat, kita harus melihat hubungan antara beberapa variabel seperti dalam fungsi produksi. Fungsi produksi menunjukkan hubungan antara jumlah faktor produksi (masukan) dan jumlah produksi (luaran) tertentu. Hubungan ini merupakan hubungan teknis antara masukan dan luaran. Studi makro ini melihat fungsi produksi yang sifatnya menyeluruh (agregat) yaitu menunjukkan hubungan antara masukan agregat dan produksi agregat. Suparmoko (2000:191) memberi pengertian sebagai berikut, “Jumlah produksi dianggap mempunyai hubungan yang positif dengan jumlah kapital dan tenaga kerja. Hukum pertambahan hasil yang berkurang juga berlaku di sini yaitu bahwa tambahnya tenaga kerja secara terus menerut dengan jumlah kapital tertentu akan meningkatkan produksi nasional yang semakin menurun”.
Hubungan antara fungsi produksi marginal dan tingkat upah dalam menentukan permintaan terhadap tenaga kerja. Fungsi produksi yang menghubungkan antara tingkat pendapatan nasional dan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam perekonomian Indonesia. Dalam perusahaan bergerak di pasar persaingan sempurna. Harga output ditentukan oleh pasar dan berapa pun yang diproduksi akan terjual habis. Perusahaan tidak perlu merencanakan strategi penjualan. Yang harus dipikirkan hanyalah menentukan tingkat output agar biaya produksi per unit dapat diminimumkan. Faktor produksi atau input yang digunakan adalah barang modal dan tenaga kerja. Dalam jangka pendek hanya tenaga kerja yang bersifat variabel.

Investasi dalam Konteks Ekonomi Makro
Untuk memudahkan dan memperdalam pemahaman, dalam teori ekonomi makro yang dibahas adalah investasi fisik, Miasalnya dalam bentuk barang modal (pabrik dan peralatan), bangunan dan persediaan barang (inventory), dengan pembatasan tersebut maka definisi investasi dapat lebih dipertajam  sebagai pengeluaran-pengeluaran yang meningkatkan stok barang modal (capital stok). Yang dimaksud dengan stok barang modal (barang modal tersedia) adalah jumlah barang modal dalam suatu perekonomian pada suatu saat tertentu. Dengan demikian barang modal merupakan konsep stok (stock cancept) karena besarnya dihitung pada satu periode tertentu. Yang dimasukkan dalam dalam perhitungan investasi adalah barang modal, bangunan atau konstitusi maupun persediaan barang jadi yang masih baru investasi merupakan konsep aliran (flow concept) karena besarnya dihitung selama satu interval periode tertentu. Menurut Pratama Rahardja (2000:238) menyimpulkan “Bahwa investasi akan mempengaruhi jumlah barang modal yang tersedia (capital stock) pada satu periode tertentu. Tambahan stock modal adalah sebesar pengeluaran investasi satu periode sebelumnya”.
Yang mencangkup dalam investasi barang model (capital goods) dan bangunan (comstruktion) adalah pengeluaran untuk pembelian pabrik, mesin, peralatan produksi dan bangunan atau gedung  yang baru. Supaya lebih akurat, jumlah investasi yang perlu diperhatikan adalah investasi bersih yaitu PMTDP dikurangi penyusutan (Depresiasi). Penyusutan terhadap barang modal harus dilakukan agar efisiensi ekonomis dari kegiatan produksi tetap dipelihara bahkan ditingkatan. Sebab, semakin tua usia mesin produktivitasnya semakin rendah. Akibatnya, walaupun secara teknis masih dapat digunakan, tetapi tidak akan menambah bahkan mengurangi kunjungan ekonomis. Misalnya pabrik gula yang mesin-mesinnya telah berusia lima puluh tahun, secara teknis dapat dipakai untuk memperoduksi gula.
            Investasi yang dilakukan saat ini tidak serta-merta menghasilkan peningkatan pendapatan hari ini juga. Dibutuhkan tenggang waktu.  tinggi jumlah dan kualitas investasi, biasanya tenggang waktunya makin panjang, dan menghitung masalah mendatang adalah kebalikan darib menghitung dari output investasi yang direncanakan. Sekalipun melihat dari sudut pandang yang bertolak belakang, keputusan yang dihasilkan tetap sama.




Dalam nilai waktu dan uang adapun kriteria-kriteria investasi. Peluang pokok adalah waktu yang sangat dibutuhkan agar investasi yang direncanakan dapat dikembalikan, atau waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tititk impas. Jika waktu yang di butuhkan makin pendek maka pembuatan proposal makin baik. Adapun kriteria benefit atau ratio yang mengukur mana yang lebih besar, biaya yang dikeluarkan dibanding hasil output yang diperoleh sekarang. Biaya yang dikeluarkan sekarang dinotasikan sebagai cost atau ratio.
Adapun Faktor-Faktor yang mempengaruhi tingkat investasi yaitu kemampuan perusahaan menentukan tingkat investasi yang diharapkan, sangat dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal perusahaan. Kondisi internal adalah faktor faktor yang berbeda misalnya, tingkat efesiensi, kualitas dan teknologi yang digunakannya. Maka, ketiga aspek tersebut berhubungan positif dengan tingkat pembelian yang diharapkan oleh perusahaan perusahaan. Maka tingkat pembelian yang diharapkan oleh perusahaan semakin tinggi. Tingkat pengembalian yang diharapkan juga mempengaruhi faktor faktor non-teknis, terutama dinegara yang sedang berkembang.
Kondisi eksternal yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan akan investasi terutama adalalah perkiraan tentang tingkat produksi dan pertumbuhan ekonomi domestik maupun internasional. Selain perkiraan kondisi ekonomi, kebijakan yang ditempuh perintah juga dapat menentukan tingkat investasi. Kebijakan yang ditempuh pmerintah juga dapat menentukan tingkat investasi. Kebijakan menaikan pajak misalnya, diperkirakan akan menurunkan tingkat pemerintah agregat. Akibat tingkat investasi akan sangat menurun.
Pratama Rahardja (2000:237) menyimpulkan, “Adapun biaya investasi, yang paling menentukan tingkat biaya investasi adalah tingkat bunga pinjaman. Makin tinggi tingkat bunganya, maka biaya investasi makin mahal. Akibatnya minat akan incvestasi makin menurun”.

Neraca Pembayaran dan Mata Uang
Neraca pembayaran berhubungan erat kaitannya dengan kebijakan pemerintah dalam perekonomian terbuka.  Setiap terjadinnya neraca pembayaran akan saling berkaitan secara verbal dan grafis. Menurut Sonny Harry B Ahmadi (2013:9.31) “Segala transaksi perdagangan dan aliran dana yang dilakukan di antara suatu Negara dengan Negara lain dalam suatu tahun tertentu dicatat aliran keuangan serta nilainnya dalam suatu neraca pembayaran”.
Neraca pembayaran dapat dibedakan atas dua bagian utama. Bagian utama yaitu neraca berjalan meliputi pencatatan transaksi nilai ekspor, impor dan pembayaran pindahan. Sedangkan pada neraca modal dikelompokkan atas dua golongan transaksi, yaitu aliran dana jangka panjang dan aliran modal keuangan swasta. Sonny Harry B Harmadi (2013:9.32) menarik kesimpulan sebagai berikut,
Neraca pembayaran akan selalu seimbang, dimana aliran uang dan modal ke luar negeri adalah sama dengan aliran uang dan modal yang masuk ke Negara tersebut. Begitu pula dengan neraca modal, yang menyebabkan keseimbangan terjadi adalah ketidak seimbangan dalam neraca berjalan dan neraca modal akan diseimbangkan oleh perubahan cadangan valuta asing yang dimiliki oleh Bank Sentral.

Bagian terpenting dari kegiatan ekonomi neraca pembayaran suatu Negara yaitu kegiatan ekspor dan import. Pada kegiatan ekonomi terbuka perdagangan merupakan aktivitas amat penting. Pada ekonomi terbuka juga terjadi aliran uang dan modal antar Negara. Sonny Harry B Ahmadi (2013:1.33) menyimpulkan “Seluruh transaksi tersebut dicatat dalam neraca pembayaran , baik transaksi barang dan jasa, maupun aliran modal antar Negara”. Kegiatan ekspor dan impor serta aliran keluar masuknya modal akan mengakibatkan masalah keseimbangan eksternal.
Keseimbangan eksternal adalah masalah moneter dan defisit neraca pembayaran merupakan refleksi dari jumlah uang beredar yang berlebihan. Alasannya bahwa kontraksi moneter dengan mengurangi pendapatan oleh menurunkan kegiatan impor. Sehingga dalam mengatasi ketidakseimbangan eksternal bukan semata masalah moneter.
Ketika valuta asing dan defisit neraca pembayaran meningkat untuk mengurangi stok uang primer pada akhirnya uang beredar. Pada Negara yang mengalami surplus, Bank Sentral meningkatkan stok uang primer khusus dengan cara membeli valuta asing, sehingga dapat meningkatkan jumlah stok uang. Menurut Rudifer Dornbusch (2004:478) “ Hubungan antara uang beredar dengan neraca eksternal, membuktikan proses penyesuaian yang akhirnya menambh stok uang sehingga pembayaran eksternal akan menjadi seimbang”
Perhitungan sederhana neraca pembayaran ialah bahwa setiap transaksi yang meningkat pembayaran oleh suatu Negara dihitung sebagai defisit dalam neraca pembayaran Negara tersebut. Neraca pembayaran berhubungan langsung dengan transaksi berjalan, neraca barang dan jasa, neraca modal dan modal swasta neto.
Neraca pembayaran Internasional (NPI) suatu negara mencatat semua transaksi ekonomi yang dilaksanakan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain dalam suatu periode tertentu. Misalnya seorang eksportir di Indonesia yang mengekspor produk Indonesia (kelapa sawit misalnya) ke Jepang menghendaki pembayaran akan produknya dalam rupiah. Importir Jepang dapat melakukan pembayaran dengan Yen atau US$ yang kemudian ditukar dengan rupiah. Semua pembayaran dari bukan penduduk Indonesia disebut kredit dan menjadi sumber serta menambah volume atau jumlah valuta asing dan juga meningkatkan permintaan mata uang rupiah. Sebaliknya sisi debit mencatat pembayaran oleh penduduk Indonesia kepada bukan penduduk Indonesia dan akan meningkatkan permintaan valuta asing serta penawaran mata uang rupiah.
            Kurs valuta asing adalah nilai rupiah yang dinyatakan dalam nilai mata uang asing. Tetapi karena nilai rupiah rendah, maka sering dinyatakan dengan setiap satu unit mata uang asing, berapa nilainnya dalam rupiah. Tanpa ada campur tangan pemerintah kurs valuta asing ditentukan oleh permintaan dan penawaran mata uang tertentu di pasar valuta asing. Apabila permintaan terhadap US$ meningkat, sedangkan penawarannya tetap, maka kurs US$ terhadap rupiah meningkat. Permintaan akan valuta asing timbul karena adanya impor barang dan jasa, serta aliran modal dari luar negeri ke dala negeri Indonesia. Suparmoko (2000:305) menyimpulkan “Bahwa kondisi defisit atau surplus neraca pembayaran internasional akan mempengaruhi penawaran atau jumlah uang beredar. Neraca pembayaran yang surplus akan menyebabkan uang rupiah yang beredar meningkat”. Maka dapat disimpulkan bahwa kondisi deficit atau surplus neraca akan mempengaruhi uang yang beredar.

Pengangguran dalam Angkatan Kerja
Pengangguran adalah orang yang tergolong dalam angkatan kerja dan ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Menganggur bukan berarti tidak bekerja atau tidak mau bekerja mereka mempunyai alasan-alasan tertentu  misalnya, ibu-ibu yang harus mengasuh anaknya, pemuda yang harus sekolah atau kuliah dulu. Dalam ilmu kependudukan, orang yang mencari kerja masuk dalam kelompok penduduk yang disebut angkatan kerja. Berdasarkan kategori usia, usia angkatan kerja adalah 15-64 tahun. Jumlah pengangguran yang tinggi biasanya seiring dengan pertambahan penduduk yang tidak seimbang dengan lapangan pekerjaan yang tersedia dan penurunan kesempatan kerja. Sonny Harry B Ahmadi (2013:8.24) menyatakan “Bahwa akhir – akhir ini jumlah orang yang memasuki angkatan kerja melebihi jumlah orang yang meninggalkan angkatan kerja, jadi meskipun angkatan kerja meningkat akan tetapi bila jumlahnya tidak seimbang dengan peningkatan angkatan kerja, hal tersebut dapat meningkatkan jumlah pengangguran”.
Berikut ini adalah jenis – jenis pengangguran:
1.      Pengangguran Friksional
Pengangguran ini bersifat sementara, biasanya terjadi karena adanya kesenjangan waktu, informasi maupun karena keadaan geografis antara pencari kerja dan kesempatan kerja. Mereka yang masuk dalam kategori pengangguran sementara, umumnya rela menganggur untuk mendapatkan pekerjaan.
2.      Pengangguran Struktural
Dikatakan pengangguran struktural karena sifatnya yang mendasar. Pencari kerja tidak mampu memenuhi persyaratan yang dibutuhkan untuk lowongan pekerjaan yang tersedia. Hal ini terjadi dalam perekonomian yang berkembang pesat. Makin tinggi dan rumitnya proses produksi dan teknologi produksi yang digunakan, menuntut persyaratan tenaga kerja yang makin tinggi juga.
3.      Pengangguran Musiman
Pengangguran ini berkaitan erat dengan fluktuasi kegiatan ekonomi jangka pendek, terutama terjadi di sektor pertanian. Misalnya, di luar musim tanam dan panen, petani umumnya menganggur sampai menunggu musim tanam dan panen berikutnya.
Pengangguran akan menimbulkan dampak negatif jika sifat pengangguran sudah sangat sturuktural, pengangguran struktural akan menganggu stabilitas perekonomian dilihat dari sisi permintaan dan penawaran agregat. Melemahnya permintaan agregat, misalnya untuk bertahan hidup manusia harus bekerja. Sebab dengan bekerja dia akan memperoleh penghasilan yang digunakan untuk belanja barang dan jasa. Jika tingkat pengangguran tinggi dan bersifat struktural, maka daya beli akan menurun yang akan mengakibatkan penurunan permintaan agregat. Melemahnya penawaran agregat, bila dilihat dari peranan tenaga kerja sebagai faktor produksi utama, makin sedikit tenaga kerja yang digunakan maka makin kecil penawaran agregat. Sonny Harry B Ahmadi (2013:8.22) menarik kesimpulan sebagai berikut
Dampak pengangguran terhadap penawaran agregat makin terasa dalam jangka panjang. Pengangguran juga memberikan dampak yang buruk dengan mengurangi pendapatan masyarakat yang akibatnya dapat mengurangi tingkat kemakmuran kehidupan masyarakat. Akibat lain yang dapat terjadi adalah efek psikologis yang buruk pada diri penganggur dan keluarganya.

Untuk itu diperlukan kebijakan pemerintah berupa kebijakan-kebijakan dalam mengatasi masalah pengangguran, antara lain:
1.      Kebijakan fiksal dengan cara mengurangi pajak dan menambah pengeluaran pemerintah.
2.      Kebijakan moneter dengan jalan menambah penawaran uang, mengurangi/ menurunkan suku bunga dan menyediakan kredit untuk sektor tertentu.
3.      Kebijakan segi penawaran dengan mendorong lebih banyak investasi mengembangkan infrastruktur, meningkatkan administrasi pemerintahan dan mengurangi pajak individu dan perusahaan.

Inflasi
Inflasi memang bukan hal yang asing lagi dalam Ilmu Ekonomi Makro. Arti inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang terjadi secara umum dan terus menerus. Dalam hal ini, ada tiga hal yang terjadi secara bersamaan yaitu:
1.      Kenaikan Harga
2.      Bersifat Umum
3.      Berlangsung Secara Terus Menerus
Apabila tiga hal diatas terjadi secara bersamaan, maka terjadilah Inflasi.
            Kenaikan harga terjadi apabila, harga suatu komoditas lebih tinggi daripada harga periode sebelumnya. Contoh, harga mie instan perbuah kemarin Rp. 1.500,-. Hari ini Rp. 2.000,-. Berarti harga barang telahnaik Rp. 500,- dibanding hari kemarin. Perbandingan harga bisa dilakukan dengan jarak waktu yang lebih panjang seperti, seminggu, sebulan, setahun, dan sebagainya.
            Bersifat umum adalah salah satu sifat inflasi. Maksudnya adalah kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga-harga barang secara umum naik. Jadi, inflasi adalah kenaikan harga seluruh komoditas. Bukan hanya satu komoditas.
            Berlangsung secara terus menerus. Maksudnya adalah kenaikan harga yang secara bersifat umum belum menjadi inflasi apabila terjadi hanya sementara. Kenaikan harga harus terjadi secara terus menerus dengan demikian dapat disimpulkan terjadilah inflasi. Rentang waktu minimal yang ditentukan adalah sebulan. Rentang waktu yang lebih panjang bisa triwulanan sampai tahunan.
            Dalam Makro Ekonomi dapat dipelajari bahwa harga jual suatu komoditas ditentukan oleh kekuatan pasar, yakni interaksi antara kekuatan permintaan dan penawaran. Kenaikan harga barang adalah proses penyesuaian dari gejala terjadinya peningkatan permintaan. Begitu pula sebaliknya, dengan penurunan harga barang. Analogi ini dapat dipakai dalam analisis inflasi.
            “Permintaan agregat (aggregate demand/AD) adalah total permintaan barang dan jasa dalam suatu perekonomian selama satu periode tertentu. Dalam hal ini ada pengaruh dari kebijakan moneter terhadap permintaan agregat dan dari kebijakan fiskal terhadap permintaan agregat” menurut Pratama Raharja (2002:322). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa permintaan agregat dipengaruhi oleh dua hal tersebut.
            Penawaran agregat, dalam hal ini kebijakan pemerintah juga sangat berpengaruh terhadap penawaran agregat. Hal-hal yang berpengaruh dalam penawaran agregat ada dua yaitu, kebijakan moneter ekspansif dan kebijakan fiskal ekspansif. Kebijakan moneter ekspansif, misalnya dengan memberikan bantuan kredit, dapat meningkatkan penawaran agregat. Kebijakan fiskal ekspansif akan meningkatkan penawaran agregat.
            Ada beberapa masalah sosial (biaya sosial) yang muncul dari inflasi yang tinggi ( 10% per tahun). Tiga masalah tersebut adalah, menurunnya tingkat kesejahteraan rakyat, memburuknya distribusi pendapatan dan terganggunya stabilitas ekonomi. Masalah-masalah tersebut seharusnya dapat diatasi dengan baik dan benar, agar inflasi tidak menyebabkan hal negatif kepada masyarakat umum.
            Optimal Inflasi? Apa itu? Hampir setiap negara menginginkan pertumbuhan ekonomi yang cepat, kesempatan kerja penuh, dan kestabilan harga. Hampir semua ahli makro ekonomi menunjuk pada keutuhan relatif dari inflasi yang rendah dan stabil. Pada tahun 1991-2000 di Amerika Serikat misalnya, inflasi stabil pada tingkatan sekitar 3% per tahun selama masa ini, pertumbuhan harga dan output dapat diperkirakan, berdasarkan pada lingkungan makro ekonomi yang stabil di Amerika.
            Saat ini sebagian berpendapat bahwa kebijakan harus berjalan lebih jauh dan bertujuan untuk menstabilkan harga atau inflasi pada tingkatan nol. Dari sudut pandang makro ekonomi, tingkat inflasi nol lebih dikaitkan dengan tingkat pengangguran yang tinggi dan output yang rendah daripada kasus dengan tingkat inflasi 2-4%. Penelitian baru-baru ini memperkirakan bahwa penargetan kestabilan harga oleh Amerika akan menimbulkan biaya penurunan output antara 1 dan 3 % dan kesempatan kerja secara permanen sebagai perbandingan terhadap target inflasi sekitar 3%. Wiliam, Tokoh Ekonomi menyimpulkan bahwa:
            Kekakuan selama penurunan tingkat upah dipengaruhi oleh kemampuan sebagian perusahaan untuk melakukan penyesuaian terhadap upah nyata, terutama pada pengurangan inefisiensi.... Implikasi utama bagi pembuat kebijakan adalah target inflasi nol akan membawa ketidak efisienan dalam alokasi sumberdaya, seperti terlihat pada tingkat pengangguran yang tinggi.
            Ketika ahli ekonomi tidak sependapat dengan target inflasi yang sesungguhnya, sebagian besar dari mereka sepakat bahwa kenaikan tingkat harga yang dapat diramalkan memberikan angin segar terhadap pertumbuhan ekonomi. Penyelidikan secara hati-hati terhadap bukti menunjukkan inflasi yang rendah seperti yang terjadi di Amerika memiliki sedikit pengaruh terhadap produktivitas atau output nyata. Sebaliknya, inflasi melambung atau hiperinflasi dapat menyebabkan kerugian yang serius pada produktivitas dan kepada individu melalui redistribusi pendapatan dan kekayaan. Akhirnya, meskipun biaya inflasi terlihat sederhana, bank sentral tidak akan mentoleransi tingkat inflasi yang tinggi; mereka membuat standar untuk mengekang inflasi dengan memperlambat pertumbuhan output dan menaikkan pengangguran.
Penutup
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Perekonomian Dunia akan menjadi lebih maju dan lebih baik apabila menuntaskan permasalahan-permasalahan seperti produksi, investasi, neraca pembayaran, pengangguran, dan inflasi. Jika semua masalah tersebut bisa diatasi dan diansitisipasi dengan baik maka kehidupan masyarakat luas akan tentram.
            Demikian karya tulis kami. Apabila ada kurang dan lebihnya, kami mohon maaf. Semoga karya tulis ini menjadi sumber informasi, sumber ilmu, dan menjadi inspirasi banyak orang, terutama kalangan muda, agar mampu mengatasi masalah yang akan dihadapi pada kehidupan masyarakat luas kelak hari.
***

Daftar Pustaka
Dornbusch, Rudiger. 2001. Makro Ekonomi. Jakarta: PT. Media Global Edukasi.
Harmadi, Sonny Harry B. 2013. Pengantar Ekonomi Makro. Tangerang: Universitas Terbuka.
Nordhaus, Samuel. 2001. Ilmu Makro Ekonomi.  Jakarta: PT. Media Global Edukasi.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar